8.2.14

Kau Yang Bersemayam Angkuh

Sahabat, betapa indahnya hidup ini jika kita saling menghargai satu sama lain. mungkin sulit untuk saling menghargai walaupun hanya dengan seulas senyuman. bahkan senyum tampak menjadi sesuatu yang begitu mahal tetapi bisa begitu berharga ketika diberikan.
Aku tahu betapa letihnya dirimu, wajah yang dahulu menerangi lembayung senja menjadi saksi semesta yang megah, kini bagai mimpi ngeri di pusaran kenyataan. banyaknya hal yang tidak disukai didunia ini, tak sepantasnya kita memerangi yang tak bersalah. menjadikan orang lain sebagai kambing hitam untuk memperkuat dugaan dan prasangka dihatimu, itu bukan pilihan yang bijak, sahabat.

Maafkanlah kesalahan orang lain dimulai dengan memaafkan diri sendiri. apakah memaafkan begitu sulit dilakukan, sehingga membuat kita merasa terlalu besar untuk melakukannya? entahlah. karena setebal apapun beton yang berdiri kokoh dihatimu, yang di setiap jengkal dindingnya terpahat ukiran perih, selamanya akan tetap seperti itu sampai engkau bisa melawan egomu, rasa kecewamu dan kesombonganmu.
Dan dengan memegang teguh pada ego dan keangkuhanmu, apakah itu semua dapat membuat diriku tunduk dan terus patuh mengikuti alur ceritamu? tidak sahabatku, pikirkan baik-baik. segera redamkanlah sejenak keangkuhanmu, kehidupan ini bukan hanya tentang hidupmu saja, perih yang menyelimuti batinku sama seperti perihmu, luka yang sama, sesakit rasamu. setidaknya saling menghargai dan memaafkan sedikit menghilangkan rasa kecawa dan keegoisan yang ada dihati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar