Mungkin ini bakal jadi tulisan teralay yang pernah ditulis oleh orang yang sudah bukan abg lagi. Kali ini seperti biasa aku mau berbagi kisah yang nggak penting-penting amat untuk diketahui oleh klean semua. Mumpung ada waktu luang buat nulis, tapi biar kuperjelas tulisan ini sedang tidak membahas tentang review film ataupun tokoh dalam film tertentu, tulisan ini akan ngebahas tentang tokoh lain di dalam hidup ku.
Dilan adalah sosok teman yang baik, pintar dan ramah sama semua orang. Mungkin karena sudah lama tinggal di Jogja jadi kebawa nilai-nilai tata krama Jawa yang sopan santun sampai sekarang.
Kala itu aku dan Dilan janjian bertemu di stasiun kereta untuk melanjutkan perjalanan ke ibukota. Kami jalan-jalan dari tempat yang satu ke tempat yang lain naik turun kendaraan umum, sesekali berjalan kaki dan akhirnya duduk di tepi jalan seperti tak memiliki tujuan.
Aku suka cara Dilan ketika sedang menyeberang jalan maupun berjalan kaki di pinggir jalan, dia selalu pasang badan di sisi kiri melindungi ku dari kendaraan yang lalu lalang, padahal bisa saja dia yang ketabrak duluan.
Selama jalan sama dilan, aku lebih banyak diam. Entah sepertinya itu grogi, tiba-tiba aja jadi canggung. Mungkin karena jalannya cuma berdua. Tapi dilan seperti tak pernah kehabisan bahan, dia selalu antusias bertanya atau cerita tentang kesibukan maupun pengalamannya.
Ngobrol sama dilan wawasan ku semakin bertambah, aku jadi banyak belajar tentang hal baru, tentang kesederhanaan, bahwa bahagia itu tidak selalu ttg materi, tapi bahagia itu ketika menjelajahi tempat baru, bertemu masyarakat dan mengenal berbagai budaya. Sesimpel itu.
Mungkin aku suka sama Dilan, tapi... sudahlah, perasaan ini nggak boleh terus berkembang, Dilan nggak mungkin suka sama aku, dia baik kepadaku itu karena dilan memang baik ke semua orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar