Aku lupa sudah berapa kertas dari bukuku yang kutuliskan
namamu di atasnya.
Masa-masa sekolah, layaknya yang digambarkan di televisi,
selalu penuh dengan kenangan-kenangan. Masa-masa itu yang paling berkesan. Ada
yang diisi dengan kebahagiaan, tapi berakhir dengan kepahitan.
Setiap pagi, mungkin ada dari kamu yang begitu semangat
datang ke sekolah cuma karena ada dia yang dipuja. Sesampainya di sekolah,
langsung sepik-sepik lewatin kelas dia, cuma pengin tau dia udah datang atau
belum. Malahan ada juga yang selalu merhatiin tempat parkir, biar tau berarti
dia udah datang kalau ada motor dia terparkir di sana.
Waktu upacara, nggak ada lagi kerjaan selain nyari ke sekeliling, dia yang dipuja berdiri di sebelah mana. Beberapa kali merasa jodoh, cuma karena bisa berdiri sebarisan sama si dia.Waktu belajar, yang dibayangin cuma dia. Bahkan ada yang cukup berani nulis namanya di halaman belakang buku catatan, meski hanya inisial.
Ketika udah nggak tahan lagi sama pelajaran yang gurunya
lebih membosankan, mulai sok-sokan izin ke toilet dan sengaja lewat kelasnya.
Kalaupun si dia lagi nggak ada di kelas, ngeliat tasnya aja udah seneng.
Waktu upacara, nggak ada lagi kerjaan selain nyari ke sekeliling, dia yang dipuja berdiri di sebelah mana. Beberapa kali merasa jodoh, cuma karena bisa berdiri sebarisan sama si dia.Waktu belajar, yang dibayangin cuma dia. Bahkan ada yang cukup berani nulis namanya di halaman belakang buku catatan, meski hanya inisial.
Saatnya istirahat, suka banget diem-diem ngeliatin dia
bercanda sama temen-temennya. Ngeliatin dia senyum dan ketawa, memancing kamu
juga ikut tersenyum… lalu membuang muka sejauh-jauhnya ketika dia sadar sedang
dipandangi.
Terasa begitu membahagiakan di sekolah, selama ada dia.
Bahkan libur sehari pun rasanya terlalu lama.
Sayangnya, masa-masa itu akan segera berakhir. Memang sakit mengetahui seseorang yang kamu sayang akan
pergi, dan kamu gak bisa berbuat apa-apa.
Ada hati yang tidak selamat ketika terucap selamat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar